Dunia tidak boleh mengabaikan dan menerapkan standar ganda terkait Palestina.
Indonesia menegaskan dukungannya pada Palestina. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Teuku Faizasyah mengatakan, dalam berbagai forum Indonesia selalu menyampaikan pernyataan dukungan tersebut.
Ia mengatakan, Indonesia mendukung perjuangan bangsa Palestina untuk merdeka. ’’Mencapai solusi dua negara sesuai parameter internasional,’’ kata Faizasyah dalam pernyataannya kepada Republika, Kamis (9/3). Ia mencontohkan langkah konkret RI.
Pada 18 Januari 2023, Menlu Retno Marsudi menghadiri Open Debate DK PBB di New York soal Palestina dan mendukung resolusi Majelis Umum PBB mengenai permintaan advisory opinion Mahkamah Internasional terkait dampak legal pendudukan Israel di Palestina.
Selain itu, Menlu menekankan perlu menyusun langkah konkret untuk mencapai solusi damai dan masyarakat internasional perlu terus memberikan bantuan kemanusiaan bagi rakyat Palestina.
Pada 27 Februari 2023, Menlu dalam Sidang Dewan HAM ke-52 di Jenewa, Swiss menyampaikan, dunia tidak boleh menutup mata terhadap penderitaan rakyat Palestina. Langkah lainnya juga ditempuh Menlu terkait dukungan terhadap Palestina ini.
Awal bulan ini, yakni 2 Maret 2023, Menlu dalam G20 Foreign Ministers Meeting di New Delhi, India menyampaikan, G20 harus berada di garis terdepan memberikan bantuan kemanusiaan termasuk bagi rakyat Palestina.
“Menlu menekankan, dunia tidak boleh mengabaikan dan menerapkan standar ganda terkait Palestina,” kata Faizasyah. Tak hanya itu, Menlu melakukan pertemuan bilateral dengan perwakilan tetap Palestina pada 18 Januari 2023 dan menlu Palestina, 27 Februari 2023.
Pertemuan itu, jelas Faizasyah, membahas situasi terkini di Palestina, strategi yang akan ditempuh Palestina, dan dukungan yang diperlukan. ‘’Indonesia selalu menekankan dukungan dan komitmen untuk perjuangan Palestina,’’ jelas dia.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mengangkat isu palestina dalam pertemuan menlu G20 di New Delhi, India, yang berlangsung Kamis (2/3) lalu. Menurutnya, dunia selama ini telah mengesampingkan penderitaan rakyat Palestina.
Dalam sesi pembahasan tentang kemanusiaan di pertemuan menlu G20, Retno menyoroti bagaimana perang dan konflik telah membawa masalah kemanusiaan luar biasa. Contohnya di Myanmar, Palestina, Afghanistan dan Ukraina.
“Baik secara individu maupun kolektif, saya tekankan bahwa negara anggota G20 harus terus memfokuskan kerja nyatanya pada the wellbeing of the people. Saya sengaja memberikan satu contoh betapa dunia telah mengesampingkan penderitaan yang dialami oleh bangsa Palestina,” kata Retno, seperti diterangkan dalam siaran pers yang dirilis Kementerian Luar Negeri, Jumat (3/3).
Menurut Retno, banyak sekali negara mengadopsi standar ganda dalam masalah Palestina. “Saya contohkan, dalam pembukaan pertemuan Dewan HAM (PBB) di Jenewa beberapa hari lalu, tidak ada satu pun pembicara pada acara pembukaan menyinggung masalah Palestina. Saya juga menekankan pentingnya G20 dan dunia menghentikan ketidakadilan ini,” ucap Retno.
Menurut Retno, pertemuan menlu G20 di New Delhi berlangsung di tengah kondisi dunia yang penuh dengan tantangan sama seperti tahun lalu. Tantangan tersebut antara lain ekonomi dunia berada di titik terendah dalam dua dekade terakhir, memanasnya tensi geopolitik, dan perbedaan sikap yang dinamis antar negara besar.
“Sebagai anggota dari Troika bersama India dan Brasil, Indonesia terus memainkan peran sebagai jembatan agar perbedaan sikap di antara negara G20 tidak mengganggu kerja G20 pada tingkatan yang lain,” ucap Retno.