Tauhid rububiyah adalah salah satu dari tiga bentuk tauhid yang perlu dipahami muslim. Lantas, apa yang dimaksud dengan tauhid rububiyah dalam bagian-bagian tersebut?
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin menjelaskan pengertian tauhid dalam buku Tuntunan Tanya-Jawab Akidah, Shalat, Zakat, Puasa, dan Haji. Secara bahasa, tauhid berasal dari kata wahhada-yuwahhidu yang artinya menjadikan sesuatu hanya satu.
Tauhid hanya akan terwujud apabila seseorang tersebut menolak selain yang satu dan menegaskan bahwa memang Tuhan itu satu. Dirinya hanya akan bersaksi bahwa hanya ada satu Tuhan, yaitu Allah SWT.
Tentang Tauhid Rububiyah
Dikutip dari Buku Putih Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani karya Sa’id bin Musfir Al-Qathani, kata rububiyah berasal dari kata ar-rabb. Secara bahasa, ar-rabb artinya raja, tuan, pengatur, pengasuh, dan pemberi nikmat.
Sementara itu, secara istilah, tauhid rububiyah artinya meyakini bahwa Allah SWT adalah Tuhan segala sesuatu, penguasa, pencipta, Dialah yang mengatur alam semesta seisinya, dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Tauhid ini juga meyakini bahwa Allah SWT-lah satu-satunya Yang Mahasuci, Yang Menciptakan, Mengatur, dan Mengendalikan perkara bagi seluruh makhluk-Nya.
Allah SWT menekankan penjelasan mengenai tauhid rububiyah dalam surah Al-Furqan ayat 2 yang berbunyi,
الَّذِيْ لَهٗ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَلَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَّلَمْ يَكُنْ لَّهٗ شَرِيْكٌ فِى الْمُلْكِ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهٗ تَقْدِيْرًا ٢
Artinya: (Yaitu Zat) yang milik-Nyalah kerajaan langit dan bumi, (Dia) tidak mempunyai anak, dan tidak ada satu sekutu pun dalam kekuasaan(-Nya). Dia telah menciptakan segala sesuatu, lalu menetapkan ukuran-ukurannya dengan tepat.
Tauhid rububiyah inilah yang menjadi dasar bagi tauhid-tauhid yang lain. Seseorang yang menerima Islam terlebih dahulu harus mempercayai bahwa Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Menciptakan, Yang Maha Menguasai, dan Maha Memberi, dan satu-satunya yang layak untuk disifati dengan sifat-sifat keagungan.
Muhaemin dalam bukunya yang berjudul Al-Quran & Hadis turut menegaskan hal ini. Menurutnya, tujuan dari tauhid rububiyah ini agar manusia mengakui tentang keagungan Allah SWT atas semua makhluk-Nya.
Tauhid rububiyah tidak bisa lepas dari tauhid yang selanjutnya, yaitu tauhid uluhiyah. Inilah tahap tauhid selanjutnya setelah tauhid rububiyah. Tauhid uluhiyah merupakan mengesakan Allah SWT dalam mengerjakan ibadah seperti, ibadah dengan cara berdoa, berkurban, berserah diri, qanaah, ihtiar, dan berharap.
Tujuan dari tauhid uluhiyah ini tidak lain adalah agar manusia mengetahui bahwa Allah SWT lah yang berhak untuk diibadahi, disembah, dan diagungkan. Oleh karena itu, ia akan tunduk, taat, dan mengikuti segala perintah-Nya.
Kemudian yang terakhir adalah tauhid asma wa sifat, di mana seorang yang sudah dibekali tauhid rububiyah dan uluhiyah di hatinya akan mengimani nama-nama Allah SWT dan sifat-sifat-Nya. Orang yang seperti ini akan mengetahui bahwa apa yang Allah SWT sifatkan untuk dirinya adalah haq (benar) dan mutlak.
Source: Detik