Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol, menunjukkan indikasi bahwa Seoul akan memperluas jangkauan bantuan ke Ukraina. Tidak hanya bantuan kemanusiaan dan ekonomi, tapi juga militer.
Secara tersirat, Yoon mengatakan pemerintahnya telah menjajaki bagaimana membantu mempertahankan dan membangun kembali Ukraina, sama seperti Korea Selatan menerima bantuan internasional selama Perang Korea 1950-53.
“Jika ada situasi yang tidak dapat dimaafkan oleh komunitas internasional, seperti serangan besar-besaran terhadap warga sipil, pembantaian, atau pelanggaran serius terhadap hukum perang, mungkin sulit bagi kita untuk bersikeras hanya pada dukungan kemanusiaan atau keuangan,” kata Yoon kepada Reuters hari Rabu (19/4).
Ini merupakan pertama kalinya bagi Seoul menyatakan kesediaan untuk memberikan senjata ke Ukraina. “Saya meyakini bahwa tidak ada batasan sejauh mana dukungan untuk mempertahankan dan memulihkan negara yang telah diserang secara ilegal, baik di bawah hukum internasional maupun domestik,” lanjut Yoon.
Meskipun demikian, Yoon menegaskan pihaknya akan tetap mengambil opsi yang paling tepat sesuai dengan kedekatan hubungan kedua negara. Korea Selatan sejauh ini berusaha menghindari permusuhan dengan Rusia karena perusahaannya beroperasi di sana. Selain itu, kedekatan Moskow dengan Korea Utara pun jadi salah satu pertimbangan Korea Selatan dalam mengambil sikap.
Pernyataan Yoon sampai ke Kremlin. Mereka menilai, memasok senjata ke Ukraina akan membuat Seoul ikut serta dalam konflik tersebut. “Sayangnya, Seoul telah mengambil posisi yang agak tidak bersahabat dalam keseluruhan cerita ini. Mereka akan mencoba menarik lebih banyak negara secara langsung ke dalam konflik ini.
Pengiriman senjata secara tidak langsung berarti tahap keterlibatan tertentu dalam konflik ini,” kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov. Yoon dijadwalkan berkunjung ke Washington pekan depan untuk mengadakan pertemuan dengan Presiden AS Joe Biden. Pertemuan itu juga menandai peringatan 70 tahun aliansi kedua negara. Pada kesempatan itu, keduanya diprediksi akan banyak membahas isu-isu keamanan, mulai dari ancaman Korea Utara hingga perang di Ukraina.