15 C
London
Saturday, July 27, 2024
HomeEducationAl-Quran Mengancam Umat Muslim yang Mengikuti Yahudi dan Nasrani

Al-Quran Mengancam Umat Muslim yang Mengikuti Yahudi dan Nasrani

Date:

Related stories

Wapres sebut ekonomi syariah bukan demi kepentingan umat Islam semata

Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin menekankan bahwa ekonomi dan...

Kemenag Terbitkan Edaran Pembayaran Dam, Ini Tujuan dan Besaran Biayanya

Jakarta (Kemenag) --- Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah...

Menag Minta Tambahan Anggaran untuk Rumah Ibadah di IKN

Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengusulkan tambahan anggaran sebesar Rp...

Kota Mojokerto Raih Terbaik 1 Kategori Penegakan Hukum dalam Penyuluh Agama Islam Award tingkat Jatim

Satu lagi sosok inspiratif dan berprestasi dari Kota Mojokerto,...

Catat, Ini Dokumen yang Harus Dimiliki Jemaah untuk Wukuf di Arafah

Ketua Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Nasrullah...
spot_imgspot_img

Usaha untuk meruntuhkan peradaban Islam akan terus dilakukan, sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Baqarah ayat 120. Di dalamnya, tersirat ancaman bagi umat Islam yang mengikuti Yahudi dan Nasrani.

Alasan dituliskannya kedua kaum tersebut karena mereka tergolong ke dalam ahlul kitab yang paling dekat dengan Islam. “Jika yang dekat saja tidak boleh diikuti, apalagi yang jauh,” demikian disampaikan penggagas Gerakan #IndonesiaTanpaJIL (ITJ) Akmal Syafil dalam kuliah Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Jakarta Angkatan 13 yang kuliah tentang perang pemikiran (ghazwul fikri) pada Rabu (09/8/2023) malam berlangsung di Jakarta.

“Bentuk ghazwul fikri yang paling sederhana adalah kata-kata. Setiap kata mewakili konsep. Setiap konsep mewakili pemikiran,” jelas Akmal yang juga peneliti INSISTS ini menambahkan.

Beberapa contoh kata-kata yang merepresentasikan perilaku tercela tetapi diubah agar terdengar lebih indah, seperti gay dan kaum pelangi. “Dulu, pelaku sodomi tidak disebut gay. Karena arti sebenarnya gay itu adalah bahagia.”

Media massa diindikasi sebagai modus pertama ghazwul fikri. “Media punya kekuatan pengulangan. Jika terus diulang, maka orang akan percaya,” ucap Akmal sambil menunjukkan dua media yang memuat berita Aksi 212 dengan sudut pandang berbeda.

“Lihat saja, ketika kata makar terus diulang, orang akan percaya bahwa aksi ini dipenuhi oleh makar,” sambungnya.

Beberapa masalah dipaparkan oleh Akmal sebagai bentuk modus kedua ghazwul fikri, yaitu pendidikan. Salah satunya disertasi mahasiswa S3 UIN Sunan Kalijaga yang menganggap pelaku zina tidak sepantasnya dikucilkan.

Hukuman terhadap pelaku zina yang dianggap terlalu berat dijadikan latar belakang penulisan. Pada disertasi ini, terminologi zina diperhalus menjadi hubungan seksual nonmarital.

Akmal dengan tegas mengatakan bahwa pembenaran yang disampaikan oleh penulis disertasi terhadap perilaku zina di awal sudah salah. Sangat jelas diatur dalam Islam, zina adalah perbuatan terlarang.

Selain media massa dan pendidikan, pria berdarah Minangkabau ini mengutarakan bahwa modus terakhir adalah hiburan. Ia menyebutkan nama H. Muhidin, salah satu tokoh dalam serial televisi Tukang Bubur Naik Haji.

Sikap yang dilekatkan kepada H. Muhidin sangat bertolak belakang dengan kondisi seharusnya. Jika keseharian tokoh tersebut senantiasa diisi dengan ibadah, maka akan tercermin sikap yang bersih dari riya’, iri, dengki, dan sombong.

“Aspek pemikiran menunjukkan bahwa ghazwul fikri hanya bisa dimenangkan dengan ilmu. Jika perang fisik membuat kita menjadi syuhada, perang pemikiran bisa membuat kita menjadi boneka,” ujarnya.

Ia juga menyelipkan ungkapan Rektor Universitas Darussalam Gontor, Prof Dr Hamid Fahmy Zarkasyi, bahwa beriman harus pada level intelektual.

Sementara itu, Syifa, murid SPI Jakarta Angkatan 13 asal Jakarta menyetujui pentingnya memahami ghazwul fikri. “Allah sudah memberikan kita akal untuk berpikir. Jangan sampai pemikiran-pemikiran yang jauh dari nilai Islam justru merusak akal kita dan perlahan menggeser pemikiran yang benar,” ujaranya.

Sebagai usaha untuk memenangkan perang pemikiran, ia berharap bahwa setiap umat Islam dapat membekali diri dengan ilmu.*/ kiriman Yusti Qomah (Jakarta)

Sumber: Hidayatullah

Subscribe

- Never miss a story with notifications

- Gain full access to our premium content

- Browse free from up to 5 devices at once

Latest stories

spot_img