12.6 C
London
Saturday, July 27, 2024
HomeEducationAlasan Zionis Israel Terus Serang Rakyat Palestina, Termasuk Kecewa dengan Nabi Musa

Alasan Zionis Israel Terus Serang Rakyat Palestina, Termasuk Kecewa dengan Nabi Musa

Date:

Related stories

Wapres sebut ekonomi syariah bukan demi kepentingan umat Islam semata

Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin menekankan bahwa ekonomi dan...

Kemenag Terbitkan Edaran Pembayaran Dam, Ini Tujuan dan Besaran Biayanya

Jakarta (Kemenag) --- Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah...

Menag Minta Tambahan Anggaran untuk Rumah Ibadah di IKN

Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengusulkan tambahan anggaran sebesar Rp...

Kota Mojokerto Raih Terbaik 1 Kategori Penegakan Hukum dalam Penyuluh Agama Islam Award tingkat Jatim

Satu lagi sosok inspiratif dan berprestasi dari Kota Mojokerto,...

Catat, Ini Dokumen yang Harus Dimiliki Jemaah untuk Wukuf di Arafah

Ketua Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Nasrullah...
spot_imgspot_img

Tentara Israel secara membabi buta terus menembaki rakyat Palestina. Sudah tak terhitung jumlahnya berapa banyak umat Islam dan warga Palestina yang menjadi korban akibat kekejaman tentara Israel. Bahkan, kendati mendapat kecaman dunia Internasional, Israel terus saja menggempur bumi Palestina. 

Mengapa Israel melakukan hal itu? Apa yang mendorongnya? Benarkah bumi Palestina merupakan tanah yang dijanjikan (the Promised Land) itu? 

Setidaknya ada beberapa hal yang membuat Israel terus berulah. Pertama, mereka kecewa dengan kabar gembira yang pernah disampaikan Nabi Musa AS akan datangnya utusan (nabi) yang berasal dari golongan mereka yang tingkah lakunya sama dengan Musa AS.

Ternyata, utusan itu bukan dari bani Israil (Ishak), melainkan dari keturunan Ismail AS (keduanya putra Nabi Ibrahim AS), yakni Muhammad SAW. 

Dalam buku The Testament of Moses disebutkan, Musa memberikan satu kitab pada pengikutnya yang bernama Yosua (Yusya) bin Nun, sebelum ia wafat. Dalam buku tersebut disebutkan akan muncul seorang Nabi yang ditunggu-tunggu bersama kekuasaan yang diberikan Tuhan padanya setelah 250 pekan wafatnya Nabi Musa AS. 

Dalam kepercayaan Yahudi, satu pekan dimaknai dengan tujuh tahun. Musa mengatakan, Nabi itu tidak akan muncul sebelum lewat 250 pekan dari waktu wafatnya Musa. Atau setelah 251 pekan. Jadi, bila dikalikan dengan tujuh tahun, masa itu adalah selama 1.750 hingga 1.757 tahun kemudian. 

Buku yang terkuak pada 1861 M di Kota Milan (Italia) di perpustakaan Ambrosian itu, disebutkan Nabi Musa AS meninggal dunia pada 1183 Sebelum Masehi (SM). Bila angka ini ditambahkan dengan tahun Masehi (awal kelahiran Nabi Isa AS), maka tahun kelahiran nabi akhir zaman itu antara 567-574 M.

Siapakah dia? Itulah Nabi Muhammad SAW yang lahir pada 21 April 571 M. Dalam Taurat dan Injil disebutkan, Nabi akhir zaman itu namanya adalah Ahmad. 

وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ ۖ فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَٰذَا سِحْرٌ مُبِينٌ

”Dan (ingatlah) ketika Isa bin Maryam berkata: ”Hai bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata; ”Ini adalah sihir yang nyata.” (QS Al Shaff [61]: 6).

Orang Nasrani menafsirkan, kedatangan nabi akhir zaman itu adalah kemunculan Isa untuk kedua kalinya. Orang Yahudi (bani Israil) lantas menimpakan kekesalannya kepada umat Islam, sebab nabi akhir zaman itu milik orang Islam demi kepentingan umat manusia di seluruh dunia. 

Satu-satunya yang bisa mereka (Israel) lakukan hanya pada bangsa Palestina. Karena, menurut mereka, Yerusalem di Palestina adalah tanah yang dijanjikan tuhan untuk mereka.

Kedua, yang menyebabkan orang Israel terus-menerus menggempur Palestina dan berupaya menghancurkan Masjid Al Aqsa, karena mereka percaya, bahwa Haikal Sulaiman (Solomon Temple) adalah Masjid Al Aqsa yang ada sekarang ini. Sebab, di situlah dahulunya Kuil Sulaiman berada dalam keyakinan mereka.

Mereka percaya, di bawah Masjid Al Aqsa terdapat Tabut (sebuah kotak yang berisi Kitab Taurat dan sejumlah barang milik Musa dan Harun serta barang milik Sulaiman AS) yang membawa ketenangan. Lihat QS Surah Al. Baqarah [2]: 248. Dalam kepercayaan Yahudi, siapa yang menemukan dan mendapatkan Tabut itu, maka dia akan menguasai seluruh dunia.

Karena itulah, Israel tak henti-hentinya melakukan penggalian dan membuat terowongan ke bawah Masjid Al Aqsa untuk mencari Tabut tersebut.

Menurut Mustafa Lutfi, dalam artikelnya yang berjudul “Ramadan dan Jeritan Al-Aqsha”, hingga saat ini telah 10 kali kaum Zionis Israel melakukan penggalian di Kota Suci Al Quds itu, menyusul kekalahan negara-negara Arab dalam perang kilat selama enam hari pada Juni 1967.

Penggalian ini, tak hanya untuk mencari Tabut, tetapi juga untuk menghancurkan Masjid Al Aqsa dan meratakannya dengan tanah.

Selain itu, Israel menganggap, sebelum didirikan Masjid Al Aqsa, di situlah dahulunya berdiri kuil Sulaiman. Menurut versi yahudi, kuil Sulaiman merupakan lambang kekuatan sehingga sangat berguna dalam situasi terkini di dunia internasional. Mereka meyakini fondasi kuil Sulaiman berada di Masjid Al-Aqsa. Bukan Al Aqsa yang menjadi persoalan, melainkan simbol dari kuil Sulaiman itu.

Ketiga, masalah lain yang menyebabkan Israel terus-menerus menggempur Palestina, sebagaimana diungkapkan Paul Findley, ada tiga hal, yakni klaim teologis dalam teks Perjanjian Lama, Deklarasi Balfour tahun 1917, dan pembagian wilayah Palestina oleh Majelis Umum PBB tahun 1947.   

Berdasarkan klaim teologis pendirian negara Israel didasarkan pada teks-teks Perjanjian Lama dalam Kitab Kejadian 12:7, 15:18-21, dan Kitab Yosua. Tokoh Zionisme Theodore Herzl menggariskan, wilayah Israel membentang dari Hulu Mesir sampai Efrat.

Ben Gurion menyatakan, wilayah Israel meliputi lima wilayah, yaitu Lebanon Selatan, Suriah Selatan, Transyordania, Palestina, dan Sinai (mesir). Rabbi Yehuda Fischman, pada Komite Penyelidikan Khusus PBB tanggal 9 Juli 1947 menyatakan, wilayah Israel membentang dari Hulu Mesir sampai Efrat meliputi Lebanon dan Syria. 

Klaim Israel ini ditentang keras oleh Paul Findley dan Roger Garaudy. Menurut keduanya, bangsa Yahudi (Israel) bukanlah penduduk pertama di Palestina. Mereka juga tidak memerintah di sana selama masa pemerintahan bangsa-bangsa lain. Para ahli arkeologi modern secara umum sepakat bahwa bangsa Mesir dan bangsa Kanaan (Palestina) telah mendiami wilayah Palestina sejak masa paling kuno sekitar 3000 SM hingga 1700 SM. 

Ketika Palestina dikuasai oleh Dinasti Turki Utsmani (1876-1909 M), kaum Yahudi terus berusaha untuk mengambil wilayah Palestina dari kekuasaan ini. Tokoh Zionis Israel, Theodore Herzl, berusaha membujuk Sultan Abdul Hamid II untuk mengembalikan Palestina ke tangan Israel. Permintaan itu ditolak mentah-mentah Sultan Abdul Hamid II. 

Gagal mendapat konsesi dari Pemerintahan Turki Ustmani, bangsa Yahudi menggalang dukungan international untuk menyukseskan misi Zionis: membentuk negara Yahudi di Palestina. Dukungan utama datang dari Inggris hingga akhirnya keluarnya Deklarasi Balfour (diambil dari nama Menteri Luar Negeri Inggris, Arthur Jawmes Balfour), pada 2 November 1917 kepada Presiden Federasi Zionis Inggris, Lord Rothchild. 

photo

Sumber: Republika

Subscribe

- Never miss a story with notifications

- Gain full access to our premium content

- Browse free from up to 5 devices at once

Latest stories

spot_img