12.6 C
London
Saturday, July 27, 2024
HomeEducationKeistimewaan Usia 40 Tahun Dalam Islam, Memang Waktu yang Tepat Untuk Jadi...

Keistimewaan Usia 40 Tahun Dalam Islam, Memang Waktu yang Tepat Untuk Jadi Pemimpin?

Date:

Related stories

Wapres sebut ekonomi syariah bukan demi kepentingan umat Islam semata

Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin menekankan bahwa ekonomi dan...

Kemenag Terbitkan Edaran Pembayaran Dam, Ini Tujuan dan Besaran Biayanya

Jakarta (Kemenag) --- Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah...

Menag Minta Tambahan Anggaran untuk Rumah Ibadah di IKN

Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengusulkan tambahan anggaran sebesar Rp...

Kota Mojokerto Raih Terbaik 1 Kategori Penegakan Hukum dalam Penyuluh Agama Islam Award tingkat Jatim

Satu lagi sosok inspiratif dan berprestasi dari Kota Mojokerto,...

Catat, Ini Dokumen yang Harus Dimiliki Jemaah untuk Wukuf di Arafah

Ketua Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Nasrullah...
spot_imgspot_img

Suara.com – Batas usia 40 tahun untuk menjadi Capres dan Cawapres tengah jadi pembicaraan publik saat ini. Mahkamah Konstitusi (MK) telah mengabulkan sebagian gugatan terkait syarat Capres dan Cawapres minimal 40 tahun atau memiliki pengalaman memimpin di daerah.

Hasil itu pun menguatkan opini publik tentang kabar Walikota Surakarta Gibran Rakabuming Raka yang akan dijadikan Cawapres, meski usianya masih 36 tahun.

Di sisi lain, usia 40 tahun nyatanya punya makna tersendiri dalam Islam. Selain dianggap telah mencapai usia matang, manusia juga biasanya dianggap sudah bersungguh-sungguh dengan hidupnya saat umur 40 tahun.

Gibran Rakabuming dan Prabowo Subianto (instagram/prabowo)

Dalam sejarah Islam, Nabi Muhammad SAW juga diutus Allah menjadi rosul saat usia 40 tahun.

Dikutip dari situs Pondok Pesantren Darul Ma’rif, Al Quran juga rupanya telah menyinggung tentang usia 40 tahun, Allah berfirman dalam surat al-Ahqof ayat 15 yang memiliki arti sebagai berikut:

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya selama tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa:
‘Robby Awzi’nii An Asykuro N’matakallaty An’amta ‘Alayya. Wa ‘Alaa Waalidayya Wa An A’mala Shoolihan Tardlohu, Wa Aslih Lii Fii Dzurriyyaty.’ (Duhai Tuhanku, tunjukkanlah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhoi; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri)”. (QS. Al-Ahqaf: 15)

Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Jalaluddin As-Suyuthi dalam tafsir Jalalain menyebutkan bahwa awal kematangan berpikir dan kematangan emosional seseorang terjadi pada usia 30 atau 33 tahun. Sementara puncak kematangan manusia jatuh pada usia 40 tahun.

Usia 30 tahunan itu dianggap jadi awal sempurnanya kekuatan, logika, serta cara pandang seseorang. Kemudian itu semua akan mencapai puncaknya pada usia 40 tahun.

Ibnu Katsir juga menyatakan bahwa ketika seseorang berada dalam usia 40 tahun, maka sempurnalah akal, pemahaman dan kelemah lembutannya.

Sebagaimana diterangkan oleh Imam Asy-Syaukani rahimahulloh, para ulama pakar tafsir menyatakan bahwa tidaklah seorang nabi diutus melainkan mereka telah berusia 40 tahun.

Dari beberapa penjelasan tersebut, bisa ditemukan bahwa ada pesan dan peringatan bagi orangtua yang sudah berusia 40 tahun. Di satu sisi, usia 40 tahun menjadi usia matangnya seseorang menginjak fase kehidupan dewasa, sisi lain bahwa Allah memperingati orang-orang yang sudah berusia 40 tahun agar kembali mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa dengan bersungguh-sungguh.

Sumber: Suara

Subscribe

- Never miss a story with notifications

- Gain full access to our premium content

- Browse free from up to 5 devices at once

Latest stories

spot_img