Persaingan Pemilu 2024 harus berjalan sehat. Dengan begitu, kontestasi ini bisa melahirkan pemimpin yang berkualitas, sehingga berguna bagi keberlangsungan kemajuan bangsa.
Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti mengatakan, organisasi keagamaan memiliki tanggung jawab untuk menjaga kualitas kontestasi politik.
“Politik ormas keagamaan adalah politik moral, berdiri di atas berbagai kepentingan politik, bukan pada satu kepentingan politik saja,” ujar Mu’ti dalam webinar Moya Institute, Selasa (18/4).
Sementara itu, Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia Komaruddin Hidayat menyampaikan, ukhuwah islamiyah bukanlah persaudaraan di antara orang islam, tetapi persaudaraan sesama manusia yang dibalut dalam nilai-nilai Islam.
“Agama seharusnya untuk membangun etika kemanusiaan. Siapapun yang merasa beragama jangan menonjolkan kepentingan sendiri dan memunculkan perpecahan. Jangan agama direduksi hanya untuk kepentingan kelompok,” kata Komaruddin.
Sedangkan bagi pemerhati isu-isu global dan strategis, Imron Cotan mengatakan, dalam mencari dan menemukan pemimpin politik yang baik tak dapat dipungkiri berasal dari suatu persaingan. Namun, persaingan tersebut harus dilakukan secara sehat.
Perbedaan politik tidak boleh menjadi alasan menciptkan polarisasi atau perpecahan. Sehingga kontestasi demokrasi berjalan sesuai marwahnya.
“Seharusnya persaingan politik memunculkan gagasan baru, ide segar, untuk membangun bangsa. Bukan malah memecah persatuan bangsa,” pungkas Imron.