Di pesisir Al Bidya, 30 km di utara pusat Fujairah terdapat masjid tertua di Uni Emirat Arab (UEA) yang hingga saat ini masih digunakan untuk salat. Masjid tersebut bernama Masjid Al Bidya.
Masjid yang juga dikenal sebagai Masjid Ottoman ini dibangun pada abad ke-15, sekitar 1446 M. Lokasinya terletak di lereng bukit depan benteng Portugis yang sudah ada lebih dari 200 tahun yang lalu.
Meskipun mayoritas situs kuno di UEA telah ditemukan melalui upaya arkeologi, tempat ibadah ini tetap digunakan secara rutin. Penduduk setempat dan yang berdekatan seperti Al Fai, Al Jubail, Haqeel, Twai bin Saada, Al Hara dan Al Telae semuanya dapat melaksanakan salat Jumat di situ.
Bangunannya sederhana, tidak dihiasi dengan banyak hiasan, tetapi terbuat dari batu lokal, bata lumpur, jerami dan dilapisi plester bercat putih.
Empat kubah yang berukuran tak sama juga menjadi keunikan masjid ini. Kubah-kubah dibangun dalam lapisan-lapisan seperti cakram yang menanjak dengan beberapa kubah yang ditumpuk satu di atas yang lain. Satu kubah membentuk dasar, sementara dua kubah yang lebih kecil dimahkotai dengan kubah yang lebih kecil lagi.
Keempat kubah tersebut ditopang sebuah pilar utama yang membentuk fondasi bangunan dengan teknik rekayasa yang unik. Pilar ini juga menjadi fitur utama interiornya. Bangunan masjid tidak beraturan meski berbentuk persegi (6,8 x 6,8 meter). Tepi bangunannya melengkung, tampak agak jongkok.
Dilansir The National News, Jumat (6/9/2024), ciri khas Masjid Al Bidya yang paling mencolok adalah tidak memiliki menara. Di bagian dalam, masjid ini juga dirancang sederhana dengan ukiran bergigi dekoratif dan bukaan kecil untuk memungkinkan cahaya dan udara masuk. Beberapa relung telah diukir di dinding untuk menempatkan lampu penerangan.
Satu hal yang diketahui secara pasti adalah bahwa orang Portugis yang membangun benteng di belakang sekitar abad ke-16 menyertakan gambar masjid dalam sebuah dokumen.
Masjid serupa juga ditemukan di wilayah Oman, Qatar dan Yaman dengan usia yang sama. Namun ada perbedaan gaya mengenai jumlah kubah.
Sementara Masjid Al Bidya memiliki empat kubah, masjid lainnya punya 7 dan 12 kubah. Namun, masjid-masjid tersebut memiliki lebih banyak persamaan daripada perbedaan karena keduanya memiliki desain yang sama seperti pilar utama.
Masjid Al Bidya terus menjadi tempat salat harian dan juga terbuka untuk wisatawan secara informal, dengan tur yang tersedia berdasarkan permintaan.