Kelompok milisi Hizbullah dan Houthi belakangan menyedot perhatian karena intens menyerang Israel.
Kelompok yang masing-masing beroperasi di Lebanon dan Yaman itu merupakan proksi Iran dan mendukung gerakan perlawanan Hamas di Jalur Gaza.
Hizbullah dan Houthi menyatakan serangannya terhadap Israel merupakan bentuk solidaritas dengan milisi Hamas.
Meski mendukung Hamas, Hizbullah dan Houthi ternyata menganut aliran Islam yang berbeda. Ketiganya sama-sama Islam, namun Hizbullah dan Houthi beraliran Syiah sementara Hamas Sunni.
Dilansir dari Council on Foreign Relations, Hizbullah merupakan partai politik Muslim Syiah dan kelompok milisi yang berbasis di Lebanon.
Hizbullah sejak lama membangun reputasinya sebagai “negara di dalam negara”. Hizbullah dibentuk di tengah Perang Saudara Lebanon yang berlangsung 15 tahun sejak 1975-1990.
RUDAL: Apa itu Hasbara yang Disebut ‘Mesin Propaganda’ Israel?
Hizbullah dianggap sebagai kelompok teroris oleh sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat, karena sejarah serangan terorisnya.
Seiring waktu, Hizbullah bertransformasi menjadi kekuatan militer yang kuat berkat bekingan Iran. Konflik antara Hizbullah dan Israel bahkan membuat was-was banyak pihak bahwa perang besar akan meledak dan menyeret proksi Iran lainnya di Timur Tengah.
Sama dengan Hizbullah, Houthi juga merupakan kelompok milisi Islam Syiah.
3 Tentara Israel Tewas, Pria Yordania Dalang Serangan di Tepi Barat
Dilansir dari Public Broadcasting Service (PBS), kelompok Houthi menganut Syiah mazhab Zaidiyah (Zaydi).
Pada abad ke-9, wilayah Utara Yaman dikuasai oleh politisi Syiah Zaidiyah. Pada 1962, militer Yaman yang dilatih di Mesir menggulingkan monarki Zaidiyah dan menggantinya dengan Republik.
Kaum Zaidiyah dianggap sebagai ancaman bagi pemerintah baru karena memiliki hubungan dengan rezim kuno. Zaidiyah pun kerap menjadi sasaran penindasan.
Pada 1990, wilayah selatan dan utara Yaman bergabung dan menjadi Republik Yaman.
Kaum Syiah Zaidiyah tetap menjadi mayoritas di utara dan barat Yaman serta di ibu kota Sanaa. Namun, secara keseluruhan mereka adalah minoritas.
Menurut lembaga Armed Conflict Location & Event Data Project (ACLED), populasi Syiah Zaidiyah di Yaman hanya sebesar 45 persen pada 2022. Sementara Sunni Shafi’i mencapai 55 persen.
Meski telah bersatu, dominasi Syiah Zaidiyah di Utara ini tetap menjadi ancaman bagi otoritas pemerintah. Pemerintah akhirnya mendorong muslim yang memiliki hubungan dengan Arab Saudi, yakni Salafi dan Wahhabi, untuk menetap di jantung wilayah Zaidiyah guna mengurangi pengaruh Syiah.
Karena kehadiran Sunni di utara ini, kaum Syiah Zaidiyah pun terganggu. Pemberontakan Houthi pun dimulai di awal 1990-an untuk melawan pengaruh Salafi dan Wahhabi, demikian menurut cendekiawan Charles Schmitz.