8.1 C
London
Wednesday, September 11, 2024
HomeEconomyMau Tahu Bukti Sinyal Perbaikan Ekonomi Indonesia Masih Kencang?

Mau Tahu Bukti Sinyal Perbaikan Ekonomi Indonesia Masih Kencang?

Date:

Related stories

Wapres sebut ekonomi syariah bukan demi kepentingan umat Islam semata

Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin menekankan bahwa ekonomi dan...

Kemenag Terbitkan Edaran Pembayaran Dam, Ini Tujuan dan Besaran Biayanya

Jakarta (Kemenag) --- Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah...

Menag Minta Tambahan Anggaran untuk Rumah Ibadah di IKN

Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengusulkan tambahan anggaran sebesar Rp...

Kota Mojokerto Raih Terbaik 1 Kategori Penegakan Hukum dalam Penyuluh Agama Islam Award tingkat Jatim

Satu lagi sosok inspiratif dan berprestasi dari Kota Mojokerto,...

Catat, Ini Dokumen yang Harus Dimiliki Jemaah untuk Wukuf di Arafah

Ketua Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Nasrullah...
spot_imgspot_img

Jakarta: Sinyal perbaikan ekonomi Indonesia cukup tinggi hadapi tren kenaikan suku bunga global yang bisa menyebabkan resesi. Konsumsi yang masih tinggi disertai peralihan dari tabungan ke konsumsi bisa mendorong laju ekonomi Indonesia di 2023.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan beberapa indikator yang masih baik seperti Indeks Keyakinan Konsumen Konsumen (IKK) Februari 2023 pada level 122,4 serta Purchasing Managers Index (PMI) Februari 2023 yang masih di atas ekspansi dengan level 51,2 poin.

“Dengan tren ini kami yakin pertumbuhan ekonomi capai 5,3 persen di 2023 didukung potensi digital serta jumlah penduduk Indonesia dengan 2.500 startup dan penetrasi internet yang mencapai 75,8 persen,” kata dia dalam pembukaan Media Indonesia Executive Forum, Kamis, 9 Maret 2023.

Dia menambahkan investasi yang ditargetkan akan mencapai Rp1.400 triliun pada tahun ini akan menjadi penopang ekonomi indonesia. Indonesia bisa mendapatkan keuntungan dari tren investasi yang beralih dari Tiongkok. Selain itu konsumsi yang masih menghuni sebagian besar dari kontributor Produk Domestik Bruto (PDB) juga menarik minat investor.

Konsumsi membaik

Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Lana Soelistianingsih mengatakan daya beli relatif kuat dengan kontribusi konsumsi terhadap PDB masih sekitar 55 atau 60 persen selama 2022. Bahkan pertumbuhan konsumsi sudah kembali sebelum masa pandemi setelah sempat turun karena mobilitas terbatas akibat pandemi covid-19.

“Konsumsi Rumah Tangga (RT) membaik, dari indikator penjualan ritel membaik serta pertumbuhan penggunaan kartu kredit dan e-money membaik,” jelas dia.

Penggunaan e-money lebih tinggi

Dia mengatakan ada tren penggunaan e-money lebih tinggi dari kartu kredit dengan penurunan simpanan yang dipakai untuk konsumsi. Penurunan pertumbuhan simpanan lebih cepat dari pasca covid-19 untuk beralih ke konsumsi menggambarkan keyakinan konsumen meningkat.

“Indikator optimisme konsumen cukup tinggi. Orang yang pengeluaranya di atas lima juta per bulan lebih tinggi ketimbang yang pengeluarannya Rp1 juta sampai Rp2 juta sebulan,” jelas dia yang mengatakan kenaikan tren pembukaan lapangan kerja pasca covid-19.

Alokasi APBN

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Febrio Nathan Kacaribu Febrio K optimistis kinerja ekonomi akan cukup kuat dengan langkah pemerintah menggunakan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) sebagai shock absorber untuk menuju transformasi ekonomi.

“APBN akan menjadi shock absorber untuk melanjutkan transformasi ekonomi dalam jangka pendek dan menengah,” jelas dia.

Fokus pemerintah

Pemerintah pun akan fokus kepada stabilitas harga dan kemiskinan, stunting, investasi dan ekspor, serta transformasi ekonomi. APBN akan menjaga kualitas pertumbuhan ekonomi dengan inflasi menuju di bawah empat persen.

Pemerintah menerapkan anggaran kesehatan Rp178 triliun, infrastruktur  Rp392 triliun, perlindungan sosial Rp476 triliun, serta subsidi energi Rp339 triliun dalam APBN 2023. Biaya perlindungan sosial masih dipertahankan pemerintah untuk menjaga daya beli masyarakat.

“Ekspor jadi penyokong dengan maksimalkan hilirisasi serta mendorong daya saing kalau kita berhadapan global crisis yang bisa mendorong defisit perdagangan dan current account,” jelas dia.

Sumber : Medcom

Subscribe

- Never miss a story with notifications

- Gain full access to our premium content

- Browse free from up to 5 devices at once

Latest stories

spot_img